Contoh Surat Perjanjian Jual Beli Tanah Bermaterai Resmi

Membuat dan memiliki contoh surat perjanjian jual beli tanah bermaterai merupakan langkah krusial dalam transaksi properti. Dokumen ini menjadi bukti hitam di atas putih yang mengikat secara hukum, melindungi hak-hak kedua belah pihak. Setiap kata dan frasa dalam perjanjian ini harus disusun dengan cermat, memastikan kejelasan dan menghindari kesalahpahaman di kemudian hari. Dengan contoh yang tepat, Anda dapat memandu pembuatan surat perjanjian yang kuat, menjamin ketenangan pikiran dan keamanan dalam proses jual beli tanah.

Bagian-Bagian Surat Perjanjian Jual Beli Tanah Bermaterai

Surat perjanjian jual beli tanah bermaterai merupakan dokumen hukum penting yang memuat kesepakatan antara penjual dan pembeli atas transaksi jual beli tanah. Surat ini harus dibuat dengan cermat dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari. Berikut adalah bagian-bagian utama yang harus tercantum dalam surat perjanjian jual beli tanah bermaterai:

Identitas Para Pihak

Bagian ini mencantumkan informasi lengkap kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi, yaitu penjual dan pembeli. Informasi yang harus dicantumkan antara lain nama lengkap, alamat, nomor identitas (KTP atau paspor), dan pekerjaan.

Untuk penjual, perlu dicantumkan juga status kepemilikan tanah yang akan diperjualbelikan, apakah sebagai pemilik tunggal, suami-istri, atau ahli waris.

Identitas para pihak harus ditulis dengan jelas dan teliti untuk menghindari kerancuan di kemudian hari. Pastikan nama dan alamat yang tercantum sesuai dengan dokumen identitas asli.

Objek Transaksi

Bagian ini menjelaskan secara rinci objek transaksi jual beli, yaitu tanah yang akan diperjualbelikan. Informasi yang harus dicantumkan meliputi:

  1. Lokasi tanah, termasuk nama jalan, nomor, dan kelurahan/desa, kecamatan, dan kota/kabupaten.
  2. Luas tanah sesuai dengan sertifikat hak milik.
  3. Nomor sertifikat hak milik tanah.
  4. Peruntukan tanah sesuai dengan sertifikat hak milik, misalnya untuk perumahan, usaha, atau pertanian.

Jika ada bangunan atau tanaman yang berada di atas tanah, pastikan juga untuk dicantumkan dalam bagian ini.

Harga dan Pembayaran

Bagian ini mencantumkan harga tanah yang diperjualbelikan serta cara pembayarannya. Harga tanah harus ditulis dengan jelas dan menggunakan angka serta huruf. Cara pembayaran dapat dilakukan secara tunai, bertahap, atau melalui fasilitas kredit.

Jika pembayaran dilakukan secara bertahap, harus dicantumkan jangka waktu dan besarnya setiap cicilan. Jika melalui fasilitas kredit, harus dicantumkan nama bank atau lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas tersebut.

Jangka Waktu Pelunasan

Bagian ini mencantumkan jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk melunasi harga tanah. Jangka waktu ini harus realistis dan disepakati oleh kedua belah pihak.

Jika pembeli tidak dapat melunasi harga tanah dalam jangka waktu yang telah ditentukan, harus dicantumkan sanksi atau konsekuensi yang akan dikenakan.

Hak dan Kewajiban Para Pihak

Bagian ini menjelaskan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi jual beli tanah. Hak dan kewajiban tersebut meliputi:

  • Hak penjual untuk menerima pembayaran harga tanah sesuai dengan perjanjian.
  • Kewajiban penjual untuk menyerahkan tanah kepada pembeli setelah harga dilunasi.
  • Hak pembeli untuk memiliki dan menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya.
  • Kewajiban pembeli untuk melunasi harga tanah sesuai dengan perjanjian.

Ketentuan Umum dalam Perjanjian

Perjanjian jual beli tanah ini dibuat dan ditandatangani pada hari ini, [tanggal], oleh dan antara:

Penjual

Nama: [nama penjual]
Alamat: [alamat penjual]
Nomor Identitas: [nomor identitas penjual]

Pembeli

Nama: [nama pembeli]
Alamat: [alamat pembeli]
Nomor Identitas: [nomor identitas pembeli]

See also  Contoh Surat Nikah Agama Islam

Kedua belah pihak, selanjutnya disebut sebagai “Pihak” dan secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak”, dengan ini menyatakan sepakat untuk mengikat diri dalam perjanjian jual beli tanah (“Perjanjian”) dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Tanah yang menjadi objek Perjanjian adalah sebidang tanah yang terletak di [alamat tanah], dengan luas [luas tanah] meter persegi, sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Hak Milik Nomor: [nomor sertifikat], yang selanjutnya disebut sebagai “Tanah”.

2. Pihak Penjual menyatakan bahwa dirinya memiliki hak penuh dan sah untuk menjual Tanah, dan Tanah tidak sedang dalam sengketa atau beban apapun.

2.1. Tanah tersebut bersertifikat, bukan tanah negara, tidak sengketa, dan tidak terkait dengan permasalahan hukum apapun.

2.2. Tanah tersebut bebas dari beban hak tanggungan, hak gadai, hipotek, atau beban lain yang dapat menghambat proses jual beli.

2.3. Pihak Penjual menjamin bahwa Tanah tidak sedang digunakan atau disewakan kepada pihak ketiga dan tidak terdapat perjanjian atau ikatan lainnya yang dapat mengurangi nilai atau manfaat Tanah.

Hak dan Kewajiban Pihak yang Terkait

Dalam perjanjian jual beli tanah bermaterai, terdapat hak dan kewajiban yang dibebankan kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu penjual dan pembeli.

Hak dan Kewajiban Penjual

Penjual berhak menerima pembayaran sesuai dengan harga yang telah disepakati dalam perjanjian. Selain itu, penjual juga berkewajiban untuk menyerahkan sertifikat tanah asli kepada pembeli setelah pelunasan pembayaran dilakukan.

Hak dan Kewajiban Pembeli

Pembeli berhak mendapatkan sertifikat tanah asli setelah melunasi pembayaran sesuai dengan perjanjian. Pembeli juga berkewajiban membayar harga tanah sesuai dengan kesepakatan dan menjaga tanah yang telah dibelinya dengan baik.

Kewajiban Khusus Pembeli

Selain kewajiban umum yang disebutkan di atas, pembeli juga memiliki kewajiban khusus, yaitu:

  • Memeriksa keabsahan sertifikat tanah dan melakukan due diligence terhadap tanah yang akan dibeli.
  • Membayar pajak-pajak yang timbul dari transaksi jual beli tanah, seperti Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh).
  • Mengurus balik nama sertifikat tanah dari nama penjual ke nama pembeli di kantor pertanahan setempat.
  • Melakukan pengukuran ulang tanah jika diperlukan untuk memastikan luas tanah yang dibeli sesuai dengan yang tertera di sertifikat tanah.
  • li>Membangun pagar atau tembok pembatas untuk mengamankan tanah yang telah dibeli.

Cara Pembayaran dan Penerimaan

Pembayaran atas pembelian tanah dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

  1. Pemberian uang muka sebesar Rp [jumlah uang muka] yang dibayarkan oleh Pihak Pembeli kepada Pihak Penjual pada saat penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tanah ini.
  2. Pelunasan sejumlah Rp [jumlah pelunasan] yang dibayarkan oleh Pihak Pembeli kepada Pihak Penjual setelah Sertifikat Hak Milik atas tanah telah diserahkan oleh Pihak Penjual kepada Pihak Pembeli.

Pembayaran pelunasan dilakukan melalui rekening bank atas nama Pihak Penjual, yaitu:

  • Nama Bank: [nama bank]
  • Nomor Rekening: [nomor rekening]
  • Atas Nama: [nama pemilik rekening]

Pihak Penjual wajib memberikan tanda terima atas setiap pembayaran yang dilakukan oleh Pihak Pembeli. Pihak Pembeli berhak meminta bukti transfer atau mutasi rekening sebagai bukti pembayaran.

Pemeriksaan Sertifikat Hak Milik

Sebelum melakukan pelunasan, Pihak Pembeli berhak melakukan pemeriksaan terhadap Sertifikat Hak Milik atas tanah yang akan dibeli. Pihak Penjual wajib memberikan salinan Sertifikat Hak Milik kepada Pihak Pembeli untuk keperluan pemeriksaan.

Apabila setelah pemeriksaan ditemukan adanya ketidaksesuaian atau cacat dalam Sertifikat Hak Milik, maka Pihak Pembeli dapat membatalkan transaksi jual beli ini dan Pihak Penjual wajib mengembalikan uang yang telah dibayarkan oleh Pihak Pembeli.

Batas Waktu dan Denda

Ketepatan waktu merupakan nilai penting dalam setiap transaksi, termasuk jual beli tanah. Oleh karena itu, perjanjian ini menetapkan batas waktu tertentu untuk masing-masing pihak memenuhi kewajibannya.

Pembayaran oleh Pembeli

Pembeli wajib melunasi pembayaran sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian ini. Keterlambatan pembayaran dapat mengakibatkan denda sebesar [jumlah denda dalam rupiah] per hari keterlambatan. Denda ini akan terus bertambah hingga kewajiban pembayaran dilunasi secara penuh.

Penyerahan Sertifikat oleh Penjual

Penjual wajib menyerahkan sertifikat tanah kepada Pembeli paling lambat pada [tanggal penyerahan sertifikat]. Keterlambatan penyerahan sertifikat dapat mengakibatkan denda sebesar [jumlah denda dalam rupiah] per hari keterlambatan. Denda ini akan terus bertambah hingga sertifikat diserahkan kepada Pembeli secara sah.

Pembuatan Akta Jual Beli

Kedua belah pihak bersepakat untuk membuat akta jual beli di hadapan notaris publik paling lambat pada [tanggal pembuatan akta]. Keterlambatan pembuatan akta dapat mengakibatkan denda sebesar [jumlah denda dalam rupiah] per hari keterlambatan. Denda ini akan terus bertambah hingga akta jual beli dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Pengosongan Tanah oleh Penjual

Penjual wajib mengosongkan tanah yang dijual dan menyerahkan kunci kepada Pembeli paling lambat pada [tanggal pengosongan tanah]. Keterlambatan pengosongan tanah dapat mengakibatkan denda sebesar [jumlah denda dalam rupiah] per hari keterlambatan. Denda ini akan terus bertambah hingga tanah dikosongkan dan kunci diserahkan kepada Pembeli.

Penyelesaian Sengketa

Apabila terjadi perselisihan atau sengketa antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua terkait dengan pelaksanaan perjanjian jual beli ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan kekeluargaan. Apabila musyawarah dan kekeluargaan tidak dapat mencapai kesepakatan, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui lembaga peradilan yang berwenang.

Ketentuan Tambahan

Dalam hal terjadi sengketa yang memerlukan proses hukum, kedua belah pihak sepakat untuk:

  1. Menggunakan bahasa Indonesia dalam proses peradilan.

  2. Memilih domisili hukum yang sah dan tetap di wilayah hukum Pengadilan Negeri [sebutkan nama kota].

  3. Menyerahkan penyelesaian sengketa kepada pengadilan yang berwenang dan berkekuatan hukum tetap, sehingga segala putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan tersebut mengikat kedua belah pihak.

  4. Menanggung sendiri segala biaya yang timbul akibat proses hukum yang dilakukan.

  5. Saling memberikan kuasa kepada penasihat hukum yang sah untuk mewakili kepentingan hukum masing-masing dalam proses hukum.

  6. Mematuhi dan melaksanakan segala putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan secara itikad baik dan tidak melakukan tindakan apa pun yang dapat menghambat atau menghalangi proses hukum yang sedang berjalan.

    Kedua belah pihak menyatakan telah membaca, memahami, dan menyetujui seluruh isi perjanjian jual beli tanah ini dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari pihak mana pun. Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan kondisi sadar dan sehat jasmani dan rohani.

    Pembatalan Perjanjian

    Perjanjian Jual Beli Tanah ini dapat dibatalkan oleh salah satu Pihak dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. Kesepakatan Bersama

    Kedua Pihak dapat membatalkan Perjanjian Jual Beli Tanah ini dengan kesepakatan bersama secara tertulis.

    b. Wanprestasi

    Salah satu Pihak dapat membatalkan Perjanjian Jual Beli Tanah ini jika Pihak lain melakukan wanprestasi, yakni tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana telah ditentukan dalam Perjanjian Jual Beli Tanah ini.

    c. Alasan Yuridis

    Perjanjian Jual Beli Tanah ini dapat dibatalkan oleh Pengadilan apabila terdapat alasan yuridis yang sah, seperti:

    • Tanah yang diperjualbelikan ternyata merupakan tanah sengketa atau bermasalah hukum.
    • Pihak yang menjual tidak memiliki hak untuk menjual tanah tersebut.
    • Terdapat cacat hukum atau kesalahan dalam proses jual beli tanah.
    • Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    d. Force Majeure

    Perjanjian Jual Beli Tanah ini dapat dibatalkan jika terjadi force majeure, yakni suatu peristiwa luar biasa yang tidak dapat dihindari dan di luar kemampuan Pihak untuk mengatasinya, seperti:

    • Bencana alam (gempa bumi, banjir, tanah longsor, dll).
    • Perang, huru-hara, atau kerusuhan sosial.
    • Wabah penyakit atau epidemi.
    • Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan salah satu Pihak.

    e. Kematian Salah Satu Pihak

    Perjanjian Jual Beli Tanah ini dapat dibatalkan jika salah satu Pihak meninggal dunia sebelum pelaksanaan atau penyelesaian kewajiban dalam Perjanjian Jual Beli Tanah ini.

    f. Keadaan Tidak Terduga

    Perjanjian Jual Beli Tanah ini dapat dibatalkan jika terjadi keadaan yang tidak terduga, yang mengakibatkan salah satu Pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam Perjanjian Jual Beli Tanah ini dengan baik.

    g. Ketentuan Lain

    Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah ini harus dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua Pihak. Perjanjian Jual Beli Tanah ini dianggap batal terhitung sejak tanggal penandatanganan surat pembatalan.

    Ketentuan Penutup

    Segala ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini, akan diatur kemudian secara tertulis maupun lisan yang mengikat kedua belah pihak, namun tidak bertentangan dengan isi perjanjian ini.

    Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asli yang masing-masing ditandatangani di atas materai yang cukup, mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta berlaku sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak.

    Pembayaran Pajak dan Biaya

    Pihak Pembeli bertanggung jawab atas pembayaran seluruh pajak, bea, pungutan, dan biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan transaksi jual beli tanah ini, termasuk namun tidak terbatas pada:

    1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
    2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
    3. Biaya pengurusan sertifikat hak milik
    4. Biaya notaris

    Wanprestasi

    Apabila salah satu pihak wanprestasi terhadap kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, maka pihak yang dirugikan berhak:

    • Menuntut ganti rugi atas kerugian yang telah diderita
    • Membatalkan perjanjian ini secara sepihak
    • Menghukum pihak yang wanprestasi untuk melaksanakan kewajibannya

    Penyelesaian Sengketa

    Setiap perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Apabila musyawarah tidak dapat mencapai titik temu, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui pengadilan yang berwenang.

    Domisili Hukum

    Untuk menyelesaikan segala hal yang berhubungan dengan perjanjian ini, pihak-pihak sepakat untuk memilih domisili hukum di tempat kediaman masing-masing. Perubahan domisili hukum harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain.

    Contoh surat perjanjian jual beli tanah bermaterai, sebuah dokumen krusial yang merekam proses akuisisi dan pemindahan kepemilikan tanah, berfungsi sebagai batu penjuru integritas transaksi properti. Disusun dengan cermat, dokumen ini menjadi saksi bisu komitmen kedua belah pihak, menguraikan kewajiban dan hak mereka dengan kejelasan yang tak tergoyahkan. Oleh karena itu, setiap kata, setiap frasa, setiap tanda tangan, adalah sebuah janji yang mengikat pada sebuah landasan yang kokoh, memastikan kesejahteraan semua pihak yang terlibat dalam transaksi penting ini.

See also  Contoh Surat Pemutusan Kerjasama Mitra Resmi
Scroll to Top